Sabtu, 25 Maret 2017

MELIHAT TUHAN

Minggu Prapaskah IV (Minggu Laetare)-26 Maret 2017
Bacaan Injil: Yohanes 9:1-41


                TIDAK TAHAN GELAP. Ya, siapapun tentu tidak tahan berlama-lama dalam kegelapan. Kalau listrik di rumah tiba-tiba mati, kita tentu dengan segera bergegas mencari penerang yang lain: mencari korek api, menyalakan lilin atau senter. Injil hari ini menampilkan kisah penyembuhan seorang yang buta sejak lahir. Kalau buta sejak lahir, bisa kita bayangkan betapa telah sekian lama orang itu hanya melihat kegelapan dan tentu betapa besar pula kerinduan orang itu untuk melihat terang.

                INISIATIF MENYEMBUHKAN DATANG DARI YESUS. Injil berkisah bahwa ketika itu Yesus sedang berjalan. Sementara berjalan, Yesus melihat orang buta itu. Ia lalu berinisiatif mendekati orang buta itu dan melakukan segala sesuatu yang perlu untuk kesembuhannya. Ini berarti kalau orang buta itu akhirnya dapat melihat kembali itu pertama-tama terjadi karena inisiatif Yesus. Tuhan kita yang Mahakuasa itu memang selalu berbelas kasih, peduli dan mau melakukan apapun untuk keselamatan kita.

                IMAN SI BUTA. Tentu bukan kali itu saja ada orang yang mau membantu si buta untuk sembuh. Sudah ada sekian banyak orang, dengan beragam cara serta berbagai jenis pengobatan telah ditawarkan dan dipenuhi si buta yang memang ingin melihat itu. Namun yang menarik bahwa ketika Yesus melakukan segala sesuatu untuk kesembuhannya, si buta tidak bereaksi apa-apa selain mengikutinya saja. Mulai dari mengoleskan ludah-tanah ke matanya dan menyuruhnya membasuh diri di kolam Siloam, si buta tidak sedikitpun ragu apalagi protes. Itulah iman. Itulah percaya. Percaya berarti taat. Taat berarti bersedia melakukan apa saja yang dikehendaki Allah karena ada keyakinan bahwa apapun yang dikehendaki Allah, tidak bisa tidak pasti membawa kepada kebaikan dan keselamatan. Maka jika ingin beroleh keselamatan, taatilah kehendak Tuhan. Itu kuncinya!

                KERAGUAN MENUTUP PINTU KESELAMATAN. Berbeda dengan sikap si buta, reaksi para tetangga dan orang-orang Farisi yang mengetahui kesembuhan si buta, justru berisi keraguan dan bahkan penolakan. Mereka mengusir orang buta dan tidak percaya pada kesaksiannya hanya karena tindakan penyembuhan itu dilakukan pada hari sabat. Sikap seperti ini tentu saja menutup pintu keselamatan yang sedang ditawarkan Yesus juga untuk mereka.

                DUA KESEMBUHAN. Si buta mengalami dua kesembuhan. Pertama, tentu saja kesembuhan fisik. Setelah sekian lama buta, matanya akhirnya bisa melihat. Kedua, kesembuhan rohani. Berkat penyembuhan yang dikerjakan Yesus, si buta akhirnya dapat “melihat” Tuhan. Ia bertemu dengan Tuhan yang berbelas kasih, peduli dan sanggup mengerjakan hal-hal baik bagi keselamatannya. Si buta mengalami secara pribadi inisiatif Allah untuk menyelamatkan badan dan jiwanya.

                SUDAHKAH KITA MELIHAT TUHAN? Kita barangkali tidak buta secara fisik. Tetapi kebutaan rohani bisa saja kita alami ketika mata kita dibiarkan tertutup untuk melihat inisiatif dan kemurahan Tuhan untuk menyelamatkan kita. Mata batin kita yang tertutup oleh rupa-rupa dosa dan beban-beban batin yang kita rasakan karenanya. Pada masa tobat ini, Allah menawarkan secara cuma-cuma kesembuhan rohani antara lain melalui penerimaan sakramen tobat. Di sana kita melihat dan mengalami Tuhan yang Maha rahim dan berbelas kasih kepada kita yang barangkali telah dibutakan oleh berbagai kesalahan; telah tinggal dalam kegelapan dosa. Mari seperti si buta berkata: “Aku percaya, Tuhan!”, sebagai ungkapan keyakinan kita kepada Tuhan yang dapat membuat mata kita melihatNya lagi. Kita menyambut rahmat kesembuhan batin yang cuma-cuma ini agar pada perayaan Paskah, kita boleh menjadi manusia baru yang telah dibangkitkan bersama Kristus ke dalam hidup yang diterangi Kristus.

“Tuhan, sembuhkanlah mata batin kami agar dapat melihat dan mengalami belas kasihMu, Amin.”