Minggu Biasa XXIX, 21 Oktober 2012
Bacaan: Yesaya 53:10-11, Ibrani 4:14-16, Markus 10:35-45
Dua tahun lalu, saya berkarya sebagai
Frater Pastoral di Paroki St. Theresia Mbata. Mbata itu salah satu Paroki di
daerah pedalaman Flores. Umatnya umumnya petani sederhana. Sudah menjadi
kebiasaan kalau ada pesta apapun, Romo dan Frater pasti diundang. Dan kebetulan
pada suatu pesta pernikahan, saya sendiri yang pergi menghadiri pesta. Saya
langsung merasa kikuk ketika sampai di tempat pesta, saya disambut dan
dipersilahkan duduk di deretan paling depan. Duduk berdampingan dengan para
sesepuh, kepala Desa dan orang-orang penting lainnya. Saya menjadi satu-satunya
anak muda yang duduk di barisan orang terkemuka di desa itu. Dan tentu saja
sangat dilayani secara khusus. Begitulah umat sederhana memandang Romo, Frater
dan sejenisnya sebagai orang terkemuka yang pantas dihormati.
Namun tidak
demikian halnya dalam pandangan Yesus. Yesus punya ukuran lain soal siapa itu orang besar dan terkemuka yang pantas dihormati.
Dalam Injil hari ini, didahului kisah Yakobus dan Yohanes muridNya yang meminta
posisi atau kedudukan (ay.37), Yesus mengajarkan kita kebijaksanaan ini: “… barangsiapa
ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu dan
barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba
untuk semuanya” (ay. 43-44). Singkatnya, Orang Besar adalah Pelayan dan
Orang Terkemuka adalah Hamba. Apa gerangan yang dimaksudkan
Yesus? ‘Kan sudah biasa kalau Orang Besar
kayak Presiden harusnya memerintah dan
bukan melayani. Atau Orang Terkemuka kayak Frater (cerita
tadi) mestinya duduk saja dan ngapain bekerja. Apa sih yang mau
disampaikan Yesus kepada kita kali ini?
Pesan Yesus
sudah cukup jelas: agar kita menjadi
Pelayan bagi yang lain. Pesan ini tidak berkaitan dengan status atau profesi kita, tapi mengenai panggilan
dan sikap hidup kita sebagai murid-murid (pengikut) Yesus. Dengan
kata lain, setiap murid-murid Yesus harus bersedia menjadi Pelayan bagi saudara-saudaranya. Kenapa begitu? Ya, karena Yesus Sang Guru justru sudah lebih dahulu
menjadi Pelayan: “karena Anak Manusia
(Yesus) datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (bahkan) untuk
memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang” (ay. 45). Kita tahu
Yesus telah menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran untuk mengajar,
menyembuhkan orang sakit, mengunjungi orang berdosa, dll. Sampai akhirnya, PUNCAK
PELAYANAN YESUS adalah PEMBERIAN NYAWANYA sendiri untuk menebus dosa semua
orang, termasuk kita. Yesus memberi diri sehabis-habisnya, total, tuntas hingga
darah mengalir dan nafas terhenti di atas kayu salib. Apa ini belum cukup
sebagai bukti bahwa SELURUH HIDUP YESUS tak lain adalah PELAYANAN dan PEMBERIAN
DIRI?
Kebesaran dan Kehormatan kita yang sejati sesungguhnya
bukan terletak pada jabatan, status, pekerjaan atau prestasi. Bagi Yesus, siapapun kita dan apapun
pekerjaan kita, kita semua diundang untuk menjadi Pelayan. Seperti Yesus, melayani
berarti memberikan diri, entah
itu waktu, tenaga, pikiran, perhatian bahkan nyawa sekalipun untuk kebaikan
orang-orang di sekitar kita. Tak perlu jauh-jauh
atau susah-susah mencari, karena
Suami atau Istri kita, Orang tua atau Anak-anak, Keluarga dan tetangga, sahabat
dan musuh, atau siapapun di sekitar kita adalah orang-orang yang sedang menantikan
pelayanan, perhatian, cinta, pengampunan,
pertolongan dan sapaan kita.
Di zaman teknologi sekarang, komitmen menjadi
pelayan Tuhan tentu saja semakin
tidak mudah. Mata kita mungkin lebih betah menatap layar internet. Tangan kita
lebih senang memainkan tombol-tombol handphone.
Telinga kita lebih nyaman mendengarkan lagu seorang diri. Kita barangkali lebih mudah menyendiri. Kalaupun berada
bersama orang lain, barangkali mata
dan telinga kita belum lebih tajam
menangkap apa yang terjadi pada orang-orang di sekitar kita; kesusahan dan
kebutuhan mereka. Dengan begitu hati kita
belum cukup terbuka untuk
menggerakkan tangan dalam melayani
dan menolong. Dan tak jarang, hal ini justru kita lakukan terhadap orang-orang terdekat kita.
Saudara, murid-murid
Tuhan yang besar, terkemuka dan terhormat
adalah mereka yang bersedia melayani
dengan sungguh. Deo Soli: Hanya Tuhan.
Fr.
Charles, SMM