Jumat, 22 Maret 2013

MELIHAT LEBIH DEKAT


Hari Minggu Palma, 24 Maret 2013
Bacaan: Kisah Sengsara dan Wafat Yesus (Luk 22:14-23:56)


Saudara terkasih, minggu Palma tiba. Pekan Suci segera kita masuki. Apa yang paling kita ingat dari Misa Minggu Palma selain perarakan dengan tangan melambaikan daun Palma? Salah satunya, Misa yang lama karena bacaan Injil yang panjang. Ya, bacaan Injil tentang kisah sengsara dan wafat Yesus. Kita tentu sudah berkali-kali mendengarkan kisah ini. Saking seringnya sampai barangkali tak menggairahkan lagi semangat iman kita. Kini saatnya membiarkan kisah sengsara Yesus, Tuhan kita berbicara kepada hati kita masing-masing.
Meskipun tidak bersalah, Yesus dijatuhi hukuman mati. Padahal Pilatus dan Herodes yang memeriksa Yesus, tidak menemukan satu kesalahan pun. Tetapi kenapa Yesus tetap dihukum juga? Rupanya, Pilatus Sang Pengadil, didesak oleh teriakan dan tuntutan orang banyak supaya Yesus harus dihukum mati. Pilatus takut kehilangan kewibawaan dan kekuasaannya. Ia memilih menghukum Yesus, meskipun ia tahu Yesus tidak bersalah. Jadilah Yesus memikul salib ke bukit tengkorak. Di sana Ia disalibkan bersama dengan dua orang penjahat. Disalibkan, itulah hukuman bagi penjahat zaman itu. Meskipun tidak melakukan kejahatan, Yesus dipandang dan diperlakukan layaknya seorang penjahat. Orang-orang Yahudi mengolok-olok Dia. Bagi mereka, kalau Yesus tidak sanggup menyelamatkan diri sendiri dari hukuman salib itu sudah bukti nyata bahwa Yesus bukan seorang mesias, bukan pula raja yang mereka nantikan. Yesus adalah mesias dan raja yang tersalib, tak berdaya, dan harus mati.
            Akan tetapi, orang-orang yang melihat dari dekat peristiwa penyaliban Yesus, tetap mengakui bahwa Yesus tidak bersalah. Salah seorang penjahat mengatakan: Yesus tidak melakukan suatu kesalahan.” Pengakuan iman si penjahat ini menuai buah. Yesus memberikan pengampunan kepadanya. Meski ada pengakuan iman seperti itu, Yesus toh tetap harus mati juga di kayu salib. Yesus mati karena Ia taat pada kehendak BapaNya. Itulah sebabnya, sesaat sebelum kematianNya, Yesus berdoa menyerahkan nyawaNya kembali kepada BapaNya. Dan lagi-lagi, masih ada juga orang yang menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah. Seorang kepala pasukan yang menyaksikan dari dekat peristiwa itu, mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah orang benar.” Yesus bukan penjahat. Kalau Ia mati, itu bukan karena ia melakukan kejahatan. Ia mati sebagai orang benar. Dia Tuhan, yang menyerahkan diri menjadi tebusan dosa manusia. Itu berarti Yesus dengan sengaja memilih kematian. Sebagai Tuhan, Dia sanggup menyelamatkan diri. Tetapi sungguh, Yesus memilih kematian bagi diriNya sendiri. Dia mau menyerahkan tubuh dan darahNya sebagai silih bagi dosa-dosa kita. Entah bagaimana perasaan kita mengetahui bahwa ada orang yang merelakan dirinya mati supaya kita selamat? Sama seperti seorang Ibu hamil, dalam situasi kritis memilih anaknya lahir walau dengan begitu dia mesti mati.
            Saudara terkasih, kisah sengsara dan wafat Yesus dikisahkan kembali bukan pertama-tama supaya kita ikut bersedih. Tetapi supaya kita semakin menyadari makna penderitaan dan kematian Yesus bagi kita. Supaya kita percaya bahwa Tuhan sengaja memilih mati agar kita memperoleh kehidupan baru, kehidupan yang jauh dari dosa. Alangkah tidak mudah untuk memahami, apalagi merasakan dengan hati kebenaran iman ini. Karena itu, Injil hari ini meminta kita untuk melihat dari dekat peristiwa kematian Yesus. Melihat dari dekat berarti mau merenungkan dengan sungguh dalam doa. Telah kita lihat, orang-orang yang mengetahui kebenaran bahwa Yesus tidak bersalah adalah mereka yang melihat Yesus dari dekat dan mau berbicara langsung dengan DIA. Pekan Suci yang akan kita masuki adalah kesempatan emas bagi kita untuk menatap Yesus yang tersalib dari dekat, merenungkannya dan mengalami sendiri bagaimana kematian Yesus berbicara kepada hati kita masing-masing.
            Ah, sekiranya kita memiliki hati seorang Ibu yang sanggup merasakan penderitaan anaknya, sekiranya kita memiliki hati Maria yang menderita karena menyaksikan kematian PuteraNya di depan mata. Hidup kita pasti akan diubah. Kematian Yesus tidak akan jadi sekadar perayaan tahunan belaka.                   
           
Fr. Charles, SMM



3 komentar:

  1. Yesus merelakan diri-Nya untuk di salib demi menebus dosa-dosa kita.....
    dan hidup kita pun diubah-Nya menjadi "manusia baru" karena kerelaan dan belas kasihan-Nya itu.. Selamat memasuki Pekan Suci fr. Charles.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Selamat merenungkan salib Kristus lebih dekat, merenungkan dengan hati Maria, agar hidup kita pun boleh semakin dipersembahkan dengan kurban salibNya. Berkat Tuhan menyertai sekeluarga.

      Hapus
    2. Terima kasih Fr. Charles... :)

      Hapus