Hari Minggu Biasa 12
Bacaan Injil: Luk 9:18-24
Ada sepasang kekasih. Hubungan pacaran
mereka sedang memburuk. Sampai suatu saat keduanya bertengkar hebat. Si gadis
berkata: “Aku sudah lelah dengan hubungan kita. Kamu sudah berubah. Dan Aku
tidak mengenalmu lagi !” Suatu hubungan
entah hubungan kasih suami-isteri maupun pertemanan selalu dibangun di atas
dasar saling mengenal. Kita tidak
akan betah berhubungan dengan orang yang tidak kita kenali dengan baik, bukan?
Demikian pula hubungan iman kita dengan Yesus juga harus dibangun di atas dasar
saling mengenal. Meskipun pengenalan kita tentang Yesus tidak sekali jadi.
Dengan percaya kepadaNya, kita mau semakin mengenalNya dengan lebih baik. Injil
hari minggu biasa 12 ini berbicara tentang hal mengenal Yesus. Para murid mengenal
Yesus dan Yesus memperkenalkan
diriNya kepada mereka.
Yesus bertanya kepada muridNya: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Yesus mau tahu apa yang para
murid dengar dari orang lain tentang
diriNya. Ada yang mengatakan Yesus itu Yohanes
Pembaptis, Elia dan ada pula yang
menganggapNya Nabi. Rupanya, orang
banyak membandingkan Yesus dengan tokoh-tokoh penting yang mereka kenal. Tetapi
Yesus tidak menanggapi pendapat ini. Yesus justru menyampaikan pertanyaan yang lebih pribadi kepada murid-muridNya: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Yesus
ingin tahu pendapat para murid sendiri tentang diriNya. Apakah pendapat mereka
sama saja dengan pendapat orang banyak tadi? Atas nama para murid, Petrus memberi
jawab bahwa Yesus adalah Mesias*** dari Allah atau “Yang Diurapi” Allah. Demikian
para murid mengenal Yesus.
Pertanyaan yang sama
juga diajukan kepada kita, murid-murid Yesus masa kini: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Kita belum sungguh murid Yesus
kalau kita belum mengenalNya secara pribadi, kalau kita belum punya pendapat
sendiri dan masih sekadar ikut-ikutan
saja dengan pendapat orang banyak. Mengenal Yesus secara pribadi berarti
mengenal Yesus dalam pengalaman dan perjumpaan kita sendiri. Misalnya menurut
kita Yesus seperti seorang sahabat,
karena Dia selalu dekat dengan kita, tak peduli seperti apa situasi hidup kita. Tetapi inipun tidak berarti bahwa kita
harus mempunyai pendapat yang sama sekali baru tentang siapa Yesus. Kita bisa
tetap mengenali Yesus seperti yang diajarkan oleh Gereja. Kalau bersama Gereja
kita percaya Yesus adalah Tuhan, maka pertanyaannya sekarang: bagaimana kita
mengalami kehadiran Yesus sebagai Tuhan dalam hidup kita sendiri? Kalau Yesus adalah
Penyelamat, maka seperti apa kita mengalami kasih penyelamatan Yesus itu?
Manisnya sebiji apel baru kita rasakan, kalau kita memakannya sendiri. Demikian
pula pengenalan kita kepada Yesus baru lengkap, kalau kita mengalami sendiri
kehadiranNya.
Akan tetapi, siapa
Yesus sebenarnya bukanlah sekadar hasil pikiran, pendapat atau pengalaman kita
manusia saja. Siapa Yesus yang
sebenarnya baru kita ketahui kalau Yesus sendirilah yang memberitahukannya
kepada kita. Dan kita bersyukur bahwa dalam InjilNya hari ini, kita boleh
mendengarkan Yesus yang memperkenalkan diriNya sendiri kepada kita. Apa yang
dikatakan Yesus tentang diriNya sendiri? Bahwa Dia “harus banyak menderita”,
“ditolak oleh para pemimpin Yahudi”, lalu “dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga”. Jadi, Yesus adalah Tuhan yang Menderita. Itulah kebenaran sejati
tentang Yesus yang dikatakan dari mulut Yesus sendiri. Kita tidak memiliki
Tuhan yang hanya berdiam dalam kemegahan tahtaNya di surga. Kita memiliki Tuhan
yang solider dan mau menjadi sama seperti kita. Tuhan yang sekaligus Manusia.
Bahkan lebih dari itu, Tuhan yang rela menderita dan mati untuk keselamatan
kita. Sungguh jalan Yesus adalah jalan
derita. Penderitaan adalah suatu keharusan. Karena itu, Yesus mengingatkan
kita bahwa barang siapa mau mengikutiNya
harus berani memanggul salibnya setiap hari dan berani kehilangan nyawa “karena Yesus”. Setiap murid harus ikut serta
dalam nasib gurunya. Kalau Yesus dulu dilawan oleh karena sikap, gaya hidup dan
pengajaranNya, maka demikian pula kita harus siap menderita karena kita memilih
hidup seperti Yesus. Ini bukan sembarang penderitaan, tetapi penderitaan yang kita terima karena iman kita akan Yesus Kristus. Misalnya
saja, kita mau hidup pas-pasan, menolak kaya dengan cara-cara instan dan tidak
jujur. Kita siap kehilangan waktu dan kecapaian karena memilih ambil bagian
dalam pelayanan Gereja. Kita berani untuk dianggap sok suci karena rajin ikut misa hari Minggu, dan masih banyak lagi.
Semua kesulitan itu mau kita tanggung dengan gembira hati karena kita tidak mau
setengah-setengah sebagai murid
Yesus.
Saudara terkasih, Kita
adalah murid-murid Yesus kalau kita mengenal Yesus. Mengenal Yesus berarti menerima dengan penuh iman apa yang dikatakan
Yesus tentang diriNya dan berani berjalan mengikuti Dia. Dua hal ini merupakan
satu kesatuan. Kita sungguh mengenal Yesus kalau kita percaya kepadaNya dan
berani menderita karenaNya. Kita mungkin sudah percaya pada Yesus. Tetapi
barangkali kita belum cukup siap menderita karena Yesus. Siapa yang percaya,
dia tak akan ragu menderita untuk Yesus. Sebab jalan Yesus adalah jalan Derita.
Tapi jangan kuatir, Tuhan selalu menyanggupkan kita. ***
Fr. Charles Leta, SMM
*** Catatan: Kata “Mesias” berasal dari
kata Ibrani “Masyiakh” yang berarti “Yang diurapi.” Dalam bahasa Yunaninya,
“Khristos” (bahasa Arab: “Al-Masih”). Sehingga dalam bahasa Indonesia, kata
Mesias sama artinya dengan kata Kristus yang berarti “Yang Diurapi”. Petrus dan
para murid lain mengenal Yesus
sebagai Mesias dari Allah (atau Kristus atau Al-Masih).
mantap bung,, (Y)
BalasHapusBoleh bertanya?
Selamat berhari minggu, Pa'e. Terima kasih sudah sempat membaca..:) Mau tanya apa le? silahkan...
BalasHapusthanks kae, utk renungannya...
BalasHapusapalagi cerita pengantarnya itu,,, sesuatu deh :)
sukses trus e utk karya n panggilannya.
Deo Gracias
Makasih Je..:) hahaha sesuatu buat yang sedang membangung bahtera kasih ew hahaha
HapusSukses juga buat mu, eh buat berdua ..:)
God Bless