Hari Minggu Biasa 10
Bacaan Injil: Luk 7: 11-17 (Yesus Membangkitkan Anak
Muda di Nain)
Yesus menghidupkan kembali seorang anak muda. Inilah kabar Injil Tuhan Yesus kali ini. Anak
muda ini adalah putera tunggal seorang Ibu yang janda. Bisa kita bayangkan
betapa besar artinya anak ini bagi sang Ibu. Betapa hebat kesedihannya karena
ditinggal mati puteranya. Sang Ibu tidak punya siapa-siapa lagi. Putera
satu-satunya telah mati. Dan Yesus melihat rombongan pengusung jenasah
anak muda itu. Yesus melihat sang Ibu dan seketika HATI YESUS TERGERAK OLEH
BELAS KASIHAN. Dia menghibur Ibu itu, menghampiri usungan jenasah dan menghidupkan kembali anak muda yang telah mati itu. Bagaimana reaksi sang ibu tidak dikatakan
kepada kita. Mungkin karena bukan itu yang terpenting untuk kita. Yang penting
bahwa Yesus kemudian menyerahkan anak
muda itu kepada ibunya. Kehidupan anak itu berasal dari Yesus. Tanpa Yesus, anak muda itu tidak akan
pernah hidup kembali.
Kita pasti sepakat bahwa peristiwa ini adalah
sebuah mukjizat. Yesus dengan kuasaNya membangkitkan orang yang sudah mati. Hal
yang tidak pernah bisa kita lakukan. Juga tidak pernah kita jumpai saat ini.
Tetapi jangan lupa, mukjizat besar ini berawal dari satu hal ini: HATI YESUS LEBIH
DAHULU DIGERAKKAN OLEH RASA KASIHAN. Yesus bukan tanpa urusan saat itu. Dia
sedang dalam perjalanan masuk kota Nain. Dia mau mengajar di sana. Tetapi
ketika melihat sang Ibu yang bersedih kehilangan anaknya, Yesus
memutuskan berhenti dan
melakukan sesuatu untuk Ibu yang berduka itu. Inilah pesan Yesus untuk kita
hari ini. Mari mengasah hati, membiarkan hati kita digerakkan oleh rasa kasihan
ketika berjumpa dengan orang-orang yang berkesulitan. Jangan ragu untuk selalu berhenti sejenak dari urusan-urusan kita.
Melihat dan menghampiri mereka, menghibur
dan menguatkan mereka. Kita memang
tidak akan bisa menghidupkan mereka yang mati. Tetapi kita bisa menghidupkan
mereka yang mati semangat dan harapannya. Mereka yang berduka karena beragam
pengalaman kehilangan. Tak usah jauh-jauh. Lihatlah orang-orang dekat di
sekitar kita. Lakukan sesuatu untuk mereka. Kita bisa melakukannya asal kita berani
mengenakan hati Yesus. Hati yang selalu siap digerakkan oleh rasa kasihan. Rasa
kasihan akan membakar keberanian kita untuk menyisihkan rasa malu atau
canggung, maju mendekati mereka dan do
something ! Jangan biarkan ego membunuh hati.
Saudara terkasih, kita sama-sama suka facebook-an,
bukan? Kalau tidak facebook-an,
barangkali twitter atau mengakses
situs-situs internet lainnya. Online adalah
saat di mana kita benar-benar berada seorang diri di hadapan komputer, berkomunikasi
dengan sahabat, kenalan atau kawan baru kita. Apa yang sudah kita alami sejauh
ini? Apa yang bisa kita peroleh? Internet memang memudahkan kita mendapatkan banyak informasi, mendekatkan kita dengan orang-orang yang jauh, serta mempertemukan kita dengan kawan-kawan
baru. Dan itu tentu saja mengasyikkan. Mendorong kita selalu menyediakan waktu
untuk online. Tapi tidak jarang, berada
di depan komputer (atau main handphone)
justru “menjauhkan” kita dengan orang-orang di dekat kita. Karena asyiknya membalas
pesan dan komentar di facebook, kita
mungkin saja lupa memperhatikan keadaan di sekitar, orang-orang dekat kita,
bahkan lupa dengan pekerjaan kita sendiri. Kalau sudah begitu, mungkin mata
kita akan susah melihat kesulitan dan
penderitaan orang lain. Kalaupun melihat,
kita belum tentu mau segera berhenti dari
kesibukan kita sendiri dan mendekati
mereka. Inilah salah satu tantangan bagi kita yang mau mengikuti Yesus dengan
lebih baik. Kita belum cukup sigap mengulurkan tangan dan bantuan. Barangkali
bukan karena kita tidak melihat. Bukan pula karena kita tak punya hati. Tapi
kita belum berani membiarkan diri digerakkan oleh mata dan hati kita.
Mengapa? Karena kita sering beranggapan: “Semua orang juga susah, kok!”, “Malu
ah, nanti dibilang suka sibuk dengan urusan orang lain !” atau “Nanti saja,
saya masih sibuk !”
Tuhan mau memakai setiap kita sebagai nabiNya. Tuhan mau supaya siapapun yang hidup
dengan kita, yang kita temui setiap hari, karena kehadiran kita, mereka boleh
memuji Tuhan dengan berkata “Allah telah melawat umatNya” (ay.16), Allah telah
menunjukkan kasihNya. Karena itu, kapanpun
dan dimanapun, kenakanlah Hati Yesus. Hati yang tidak mau menunda-nunda belas
kasih. Apakah itu berarti kita berhenti facebook-an
atau nge-twit? Tentu tidak donk. Tapi kalau online, jangan lupa mengenakan hati Yesus. Kalau kita peka, di facebookpun kita temukan banyak teman
yang bersusah hati, mereka yang bersedih, galau dan gamang, bahkan kehilangan
harapan hidup. Jadilah murid Yesus di sana. Tak usah malu memberikan dukungan
dan penghiburan, tak usah ragu mengatakan “saya mendoakanmu” atau “Tuhan Yesus
memberkatimu”, tak usah takut dibilang “sok kudus, sok suci !”. Karena kalau
kita bangga sebagai pengikut Yesus, kita tak pernah mau menunda-nunda belas
kasih, bukan? Dan jangan lupa, orang-orang di kehidupan nyata: sanak keluarga,
tetangga, teman sekost dan sekampus, atau bahkan yang baru kita kenalpun,
merekalah yang sangat dekat dengan kita, merekapun membutuhkan kesediaan hati
kita untuk membantu. Buka mata untuk melihat,
mengunjungi, menghibur dan menghidupkan semangat
mereka. Jadilah seberkas terang dalam kegelapan hidup mereka. Jangan takut,
kepada kita yang setia, “Tuhanpun berlaku setia…” (Mzm 18:26).
Dan mari kita bersama berdoa: “Tuhan, jadikanlah hati kami seperti
hatiMu, hati yang tak pernah menunda-nunda belas kasih”, Amin.
Fr. Charles Leta, SMM
amin
BalasHapusMat hari mingu Fr. Charles
BalasHapus