Hari Minggu Biasa XXXI, 4 November 2012
Bacaan: Ulangan 6:2-6,
Ibrani 7:23-28, Markus 12:28b-34
Kita sedang hidup dengan dikelilingi
oleh banyak sekali peraturan. Peraturan Pemerintah dan Gereja, Peraturan dalam
Keluarga dan tempat kerja, juga peraturan-peraturan kecil yang kita buat untuk
hidup kita sendiri. Peraturan itu erat kaitannya dengan nilai atau harapan yang
mau kita perjuangkan dalam hidup kita, bukan? Ya, keberhasilan, kesejahteraan,
kebahagiaan, kekayaan, prestasi dan sebagainya. Dengan semuanya itu, pernahkah
kita bertanya, “Apa sih yang paling perlu
saya kejar untuk hidup saya?” “Apa yang mau saya perjuangkan sebagai murid
Kristus? Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.
Dikisahkan
oleh Penginjil Markus, seorang ahli Taurat datang pada Yesus dan bertanya: “Perintah
manakah yang paling utama?”. Ahli Taurat ini sedang bingung rupanya. Soalnya
dalam kitab Taurat Musa yang dipelajarinya, terdapat 613 perintah. Belum lagi
ada sekian ratus perintah tambahan yang diturunkan dari 613 perintah pokok
tadi. Si ahli Taurat tentu bingung: Peraturan mana nih yang paling utama dan penting di antara sekian banyak peraturan
yang ada dalam Taurat? Terhadap pertanyaan itu Yesus memberi jawaban: kasihilah
Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu (lihat ayat 30-31). Namun ada hal penting
yang dikatakan Yesus sebelum menyebut kedua perintah utama itu, yakni:
“Dengarlah… Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (ayat 29). Yesus tidak langsung
menyampaikan tentang cinta kasih sebagai hukum terutama. Tapi Yesus terlebih
dahulu mengajak untuk mengakui iman bahwa Tuhan
kita itu Esa. Apa maksud Yesus di sini? Yesus hendak mengingatkan bahwa
tanpa Iman akan Allah, kita tidak bisa berbuat kasih. Perbuatan cinta kasih
mengisyaratkan adanya pengakuan Iman kepada Allah yang Satu. Pengakuan Iman ini
datang dari pengalaman perjumpaan kita sendiri dengan Allah yang mengasihi.
Yah, Allah yang lebih dahulu mengasihi kita. Sama seperti seorang anak yang
bisa mengasihi Ayahnya setelah mengalami kasih Ayahnya. Maka perbuatan cinta
kasih kita pertama-tama merupakan tanggapan kita akan tindakan Allah yang lebih
dahulu mengasihi kita. Nah, apakah
kita sudah mengalami kasih Allah dalam hidup kita?
Baru
setelah itu, sebagai tanggapan atas tindakan cinta Allah, Yesus meminta kita untuk
juga mau melaksanakan kedua perintah utama, mencintai Allah dan sesama. Inilah perintah paling
pokok. Kata “cinta” mungkin sudah terlalu biasa kita dengar, sudah lazim kita
pakai dan karena itu kerapkali kita bosan mendengarnya. Tapi Yesus toh tetap saja meminta kita berbuat
cinta kasih. Sebab cinta kasih yang diajarkan Yesus memang berbeda kualitasnya
dengan kata-kata cinta yang kerap kita
dengar atau pakai. Yesus menggunakan kata cinta (agapao) yang berarti mengutamakan, memilih lebih daripada…,
memberikan diri sepenuhnya kepada… Dengan kata lain, bila Yesus memerintahkan
supaya kita mencintai Tuhan, itu berarti “Kita mengutamakan Tuhan, memilih
Tuhan lebih daripada hal-hal lain, juga memberikan diri sepenuhnya kepada
Tuhan”, sebab kita sudah lebih dahulu dikasihi Tuhan dengan tanpa syarat. Kita
memberi Tuhan tempat utama dalam hidup kita. Kata ‘cinta’ (agapao) yang dipakai Yesus ini, beda dengan kata cinta eros (erao) yang berarti cinta untuk
kenikmatan belaka.
Demikian
pula dengan perintah utama kedua, mencintai sesama. “Mencintai sesama” berarti mengungkapkan
cinta kita tidak hanya terbatas pada orang-orang yang mengasihi kita saja.
Lebih dari itu, cinta kita diarahkan untuk siapa saja. Tanpa pamrih, tanpa imbalan,
tak peduli apakah mereka mengasihi kita atau tidak. Sebab dasar atau alasan
perbuatan kasih kita pertama-tama adalah karena Allahlah yang sudah mengasihi
kita terlebih dahulu. Betapa kita telah mengalami kasih Allah yang nyata dalam
hidup kita sendiri dan karena itu, kita ingin membaginya juga kepada siapa
saja.
Perlu
kita ingat di sini bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama bukan dua
hal yang sama. Kalau menganggapnya sama, kita barangkali mudah mengatakan:
“dengan mengasihi sesama, kita sudah mengasihi Allah.” Sama seperti orang-orang
yang merasa sudah cukup dengan buat baik saja, tak harus beriman pada Tuhan.
Tidak demikian maksudnya. Yesus menempatkan kedua perintah itu sama-sama sebagai
perintah utama. Maka kita mengasihi Tuhan sekaligus juga menyatakan kasih itu
dengan cinta pada sesama.
Pesan
Yesus kali ini kiranya jelas bagi kita bahwa nilai pokok atau tindakan utama
yang menjadi prioritas hidup kita adalah terus mencintai Tuhan dan tak berhenti
mencintai sesama. Perintah ini sama sekali tidak bertentangan dengan tindakan
hidup kita untuk mengejar keberhasilan, mencari uang dan harta, memperjuangkan
gelar sarjana, mengusahakan kebahagiaan hidup, kesejahteraan keluarga dan
sebagainya. Sebaliknya semua perjuangan kita mesti diresapi dan dihidupkan oleh
cinta kasih. Sebab tak jarang, saking berfokusnya kita pada keberhasilan,
kesejahteraan atau kesuksesan, kita mudah mengabaikan tanggung jawab untuk
memberi tempat bagi Tuhan, memberi ruang untuk berbagi dengan sesama.
Cinta bukan kata,
tapi tindakan. Cinta bukan tulisan, tapi api. Api yang membakar seluruh hidup
kita untuk tak lelah berbuat kasih. Api yang telah lebih dahulu dinyalakan oleh
kasih Allah yang selalu. Selamat menyatakan kasih. Deo Soli.
Fr.
Charles, SMM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar