Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Bacaan Injil: Luk 9:11-17
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan,
Salam jumpa kembali. Minggu ini, kita merayakan hari
raya Tubuh dan Darah Kristus. Di dalam perayaan Ekaristilah, kita secara lebih
nyata mengalami dan menyambut kehadiran tubuh dan darah Tuhan Yesus itu. Mari
kita merenungkan makna Ekaristi ini kembali dalam kisah Injil, Yesus memberi
makan kepada lima ribu orang.
Yesus memberi
makan kepada banyak orang. Ada lima ribu orang laki-laki. Jumlah angka ini
adalah lambang bahwa Yesus memberi
makan kepada orang yang sangat banyak: seribu kali lipat dari jumlah roti yang
tersedia. Betapa besar kuasa Yesus. Yesus mengambil roti itu, menengadah ke
langit, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti lalu menyuruh para murid memberikannya kepada orang banyak. Dan
orang banyak yang hadir, makan sampai kenyang. Cara yang sama juga dilakukan
Yesus dalam peristiwa perjamuan malam terakhir bersama para muridNya. Akan
tetapi kita tahu, bahwa peristiwa-peristiwa ini sesungguhnya merupakan
persiapan bagi pemberian diri Yesus
yang paling agung. Tubuh dan darahNya sendiri akhirnya Dia berikan di atas kayu salib. Oleh salib, wafat dan kebangkitan Yesus
itulah, kita sekalian beroleh jalan kepada keselamatan.
Ekaristi merupakan saat
kita mengenangkan kembali misteri salib, wafat dan kebangkitan Yesus itu. Mengenang tidak sama dengan mengulang atau melakukan peristiwa itu
berulang
kali. Sebab kurban salib Yesus hanya terjadi satu kali untuk
selama-lamanya. Mengenang
berarti membuat peristiwa yang sama dari masa lalu,
hadir lagi pada masa kini secara riil, nyata. Oleh karena itu, hosti dan anggur telah
menjadi sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus sendiri. Roti dan anggur itu
diubah saat Doa Konsekrasi, ketika Imam berkata: “Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu”.
Dan untuk piala: “Terimalah dan minumlah: Inilah piala Darah-Ku, darah
perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi
pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”. (bdk. 1Kor
11:23-25). Karena itu, saat misa, kita sedang berjumpa dengan
Tuhan Yesus sendiri. Kehadirannya begitu nyata. Yesus hadir dan mengundang kita
untuk merayakan suatu kurban syukur: syukur atas pemberian diriNya yang agung
dan cuma-cuma. Yesus yang memberikan diri itu, mau kita terima kehadiranNya
dalam hati kita. Ia menjadi sumber kekuatan hidup kita. Itulah sebabnya,
mengapa kita perlu menyempatkan diri merayakan misa dan menerima tubuh Kristus.
Dengan mengikuti Ekaristi, bersama-sama sebagai satu keluarga, bersama umat
lainnya, kita menyatukan pula di dalam kurban Yesus, kurban rohani kita
sendiri. Kurban rohani itu apa? Tidak lain adalah doa-doa, ucapan syukur dan
puji-pujian, karya-usaha dan penderitaan kita. Dengan demikian, kita mau supaya
Yesus Kristus sungguh-sungguh terlibat, mengambil bagian secara penuh dalam
kehidupan kita. Maka mari kita coba melihat diri: bagaimana partisipasi kita
untuk merayakan Ekaristi selama ini? selalu atau jarang? Atau kalau sempat
saja? Seberapa penting Ekaristi bagi kita? Penting karena itu adalah kewajiban
orang Katolik? Atau sungguh karena kita membutuhkannya? Seberapa besar
kerinduan kita untuk bertemu Tuhan Yesus dalam perayaan Ekaristi? Apa
sebenarnya yang menghambat kita berjumpa dengan Yesus? Yesus memberikan diriNya
dengan cuma-cuma. Masihkah kita berpikir dua kali untuk menyambut Dia
Saudara
terkasih, kita baru saja mengakhiri bulan Mei, bulan Maria. Tentu itu tidak
berarti kita segera melupakan Maria. Maria masih menjadi model iman kita. Sikap
imannya dapat membantu kita untuk merayakan Ekaristi dengan lebih baik. Mari
kita melihat hal ini. Pertama, Kita
ingat dengan Fiat Maria, bukan? “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut
perkataanMu”. Fiat ini merupakan jawaban “Ya” Maria untuk menerima Yesus
Kristus dalam rahim dan kehidupannya. Dalam Ekaristi, “FIAT” Maria ini mirip
dengan jawaban “AMIN” yang kita ucapkan saat menerima Tubuh Kristus. Maka sama
seperti Maria, kita mau menerima Yesus Kristus yang sama juga dalam hati dan kehidupan
kita. Saat Maria mengucapkan FIATnya, Maria tidak sepenuhnya mengerti tentang
bagaimana Yesus, Putera Allah itu bisa hadir melalui rahimnya? Maria tidak
mengerti. Demikian pula kita, mungkin kerap tidak mengerti bagaimana mungkin
Tubuh Yesus nyata dalam hosti putih, kecil, bulat itu? Tetapi sama seperti
Bunda Maria, meskipun tidak mengerti, kita mau tetap menerima Yesus Kristus itu
dalam iman, dengan percaya. Dan sama seperti yang terjadi dalam hidup Maria,
Tuhan Yesus memang sungguh-sungguh hadir. Dia tidak pernah mempermainkan kita.
Kedua, apa yang
harus dilakukan setelah kita menerima Yesus? Setelah diberi kabar oleh malaikat
Gabriel, Maria segera mengunjungi Elisabet saudarinya. Dan kita tahu, “ketika, mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang ada dalam
rahim Elisabet” (Luk 1:41). Maria telah menjadi Tabernakel hidup. Seperti Maria, kitapun diundang menjadi Tabernakel-Tabernakel
hidup. Kita harus membawa
Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi, ke dalam
kehidupan kita sahari-hari, sehingga orang-orang yang berada di sekitar kita
pun ikut mengalami kehadiran Kristus. Persatuan
kita dengan Kristus tidak hanya berlangsung selama Perayaan Ekaristi. Setelah
Perayaan Ekaristi kita diutus untuk membawa Kristus dalam kehidupan kita, dalam
perjumpaan kita dengan sesama. Bunda Maria
menjadi model bagi kita, karena dia merupakan tabernakel perdana dalam Gereja.
Saudara terkasih, Komuni membuat kita semakin bersatu dengan Yesus. Sebab Yesus sendiri menjanjikan: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam
Aku dan Aku di dalam Dia” (Yoh 6:56). Persatuan ini pasti menguatkan kita, selalu. ***
Fr. Charles Leta, SMM