Hari Minggu Paskah VI, 4 Mei 2013
Bacaan Injil: Yoh 14:23-28
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Ada seorang bapak yang merasa sangat gelisah. Wajahnya
terlihat kuatir. Mau bekerja tidak tenang. Mau makanpun tidak berselera.
Hatinya tidak damai. Sekian tahun menjadi seorang Katolik taat, hidupnya tidak baik-baik juga. Ia patah semangat. Tuhan
belum memberikan penghasilan yang cukup seperti yang Ia harapkan. Kegelisahan
Bapak ini juga mungkin dialami oleh banyak orang lain. Ketika cita-cita dan
harapan hidup belum tercapai, orang gampang merasa bahwa beriman tidak membawa
hasil apa-apa. Tuhan tidak peduli dengan kehidupannya. Kalau begitu, apa
gunanya lagi hidup taat sesuai firman Tuhan? Dalam situasi seperti itu, apa
yang sebaiknya dilakukan? Tetap mengasihi Yesus apapun situasinya.
Orang yang mengasihi Yesus akan menuruti firmanNya. Mengasihi. Kata yang sudah
sangat sering kita dengar. Tetapi apa yang mau dikatakan Yesus kali ini tentang
mengasihi Dia? Apa hubungan antara mengasihi
Yesus dan menuruti firmanNya? Menuruti firman Yesus, itulah pernyataan
kasih kita kepadaNya. Kita mau taat
pada firman Yesus karena kita mengasihiNya. Mengasihi Yesus berarti mau
berpegang pada firmanNya, mau mendasarkan hidup kita pada firmanNya dan mau
melakukan apapun yang diperintahkanNya kepada kita. Kita membiarkan hati kita
dikuasai dan dituntun oleh firman Yesus. Hati yang sepenuhnya taat pada
kehendak Yesus. Ketaatan seperti ini bukan sebuah keterpaksaan. Ketaatan pada
Yesus harus merupakan sebuah keputusan karena kasih. Kasih yang demikian bukan
mengenai rasa cinta saja. Kasih kepada Yesus mengandung komitmen hati untuk
memberikan diri. Seluruhnya, segenap hati, jiwa dan tenaga kita hanya untuk
kehendakNya saja. Sebab mengasihi Yesus berarti kita sudah memilih Yesus
sebagai satu yang terbaik bagi hidup kita. Karena itu, menuruti firmanNya
adalah pekerjaan terbaik yang mau kita lakukan dalam seluruh hidup kita. Dari
hari ke hari, dari waktu ke waktu, tanpa berhenti. Maka kita sekalian diundang
untuk semakin taat pada firman Yesus. Mungkin kita sudah sangat akrab dengan
Kitab Suci. Kita rajin mengikuti setiap kesempatan untuk merenungkannya bersama
di lingkungan, mendalaminya melalui homili saat Ekaristi atau bahkan membacanya
dengan tekun secara pribadi. Tetapi soalnya adalah apakah kita sudah cukup
merelakan hati kita dituntun oleh firman Yesus itu? Bukankah kita lebih sering
mengikuti kehendak kita sendiri karena tuntutan Yesus memang lebih berat
rasanya. Atau barangkali kita justru lebih sering lupa pada firman Yesus. Kita
tidak mengingatnya sama sekali. Setelah Misa misalnya, semuanya buyar. Karena
sering lupa, kita lalu mudah melalaikan perintah-perintah Yesus dalam hidup
setiap hari. Jika kita sungguh mengasihi Yesus, kita tidak mau lalai menaati
firmanNya.
Sebagai balasan ketaatan kita kepada firmanNYA, Yesus memberikan damai sejahteraNya bagi
kita. Tetapi damai sejahtera seperti apa yang diberikan Yesus? Pernyataan
ini disampaikan Yesus di saat-saat terakhir Ia ada bersama para muridNya. Yesus
akan pergi. Ia yang telah bangkit akan kembali kepada BapaNya. Secara fisik
Yesus memang tidak ada lagi bersama para murid. Mereka tidak akan pernah
melihat lagi Yesus sama seperti sebelumnya. Karena itulah Yesus meninggalkan
damai sejahtera bagi para muridNya. Damai sejahtera ini tidak sama seperti yang
diberikan oleh dunia kepada kita. Damai ini bukan pertama-tama soal keadaan di
mana tidak terjadi pertengkaran, perselisihan, kegagalan, sakit dan persoalan hidup
lainnya. Damai sejahtera ini mengenai
keadaan batin kita. Hati-batin kita
akan damai selama kita memiliki hubungan pribadi yang mesra dengan Yesus.
Yesus memang pergi. Tetapi Dia mau kembali ke dalam hati kita yang mengasihiNya
dengan sungguh. Yesus tinggal dalam hati kita. Yesuslah sumber damai kita yang sejati. Dia yang tinggal dalam hati
kita akan meneguhkan kita, bahkan di saat-saat sulit hidup kita. Karena itu
Yesus berkata “Jangan gelisah dan gentar hatimu!” Damai Yesus ini menyanggupkan
kita bertahan dalam situasi sesulit apapun, membuat kita berani maju bahkan
ketika situasi tidak mendukung kita. Yesus tidak menjanjikan bahwa hidup kita
akan baik-baik saja. Persoalan dan
kesulitan adalah bagian dari kehidupan kita. Kita tidak bisa menghindarinya.
Tetapi Yesus menjanjikan bahwa damaiNya selalu ada bersama kita. Apapun keadaan
kita, seberat apapun persoalan kita, Yesus selalu tinggal bersama kita selama
kita mau membuka hati bagiNya. Yesuslah yang menghibur kita. Dia
menyanggupkan kita berjalan ke depan, walau hari-hari hidup kita penuh
tantangan dan kesulitan. Sebab damai sejahtera yang sejati hanya kita temukan
bila bersama Yesus.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
banyak orang mudah gelisah karena persoalan hidupnya, tetapi siapa yang mau menuruti firman Yesus dengan
sungguh akan mengalami damai sejahtera. Siapapun pasti mengalami persoalan,
tapi hanya sedikit dari mereka yang bertahan. Tidak sedikit pula yang melarikan diri ke perbuatan lain yang
justru semakin membahayakan hidup mereka. Yesus meminta kita mencari dia, melarikan diri ke dekapanNya. Dalam
Yesus ada ketenangan hati. Selalu ada
damai bagi kita para kekasihNya. Amin.
Fr. Charles Leta, SMM
Mat hari minggu Fr. Charles....:)
BalasHapusMat hari minggu pula, damai Tuhan besertamu dan keluarga...:)
BalasHapusthanks kk utk renungannya....
BalasHapus"Apapun keadaan kita, seberat apapun persoalan kita, Yesus selalu tinggal bersama kita selama kita mau membuka hati bagiNya." Amin :)
kembali kasih Je...senang kau mau mampir membacanya, semoga boleh bermanfaat buat kehidupanmu. Tuhan Yesus memberkati, ine..:)
BalasHapus