Hari Minggu Paskah VII, 12 Mei 2013
Bacaan Injil: Yoh 17:20-26
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan,
Salam jumpa kembali. Berkat Tuhan menyertai saudara sekeluarga,
memberkati setiap usaha dan harapan saudara. Kita memasuki pekan paskah
ketujuh, pekan terakhir masa Paskah. Indah sekali bahwa di akhir masa paskah
ini, Yesus berdoa untuk kita. Doa Yesus membuka lembaran baru hidup kita
umatNya. Selama perayaan Paskah, kita telah mengenal betapa Bapa mengasihi kita
sama seperti ia mengasihi Yesus. Yesus diberikan
kepada kita sebagai anugerah kasihNya. Bukankah sudah sepantasnya, kita
menanggapi kasih Bapa itu dengan hidup dalam persatuan kasih dengan Bapa?
Itulah isi doa Yesus yang kita dengar hari ini.
Yesus berdoa supaya kita menjadi satu sama
seperti Dia dan BapaNya adalah satu. Apa artinya menjadi satu? Mengapa Yesus
berdoa demikian? Yesus berdoa bagi kita karena Dia tahu bahwa persatuan bukan
suatu hal yang mudah. Persatuan bukan sekadar tinggal atau berkumpul bersama
saja. Persatuan yang dikehendaki Yesus adalah persatuan seperti yang terjadi
antara Dia dan BapaNya. Bagaimana persatuan Yesus dan BapaNya itu? Persatuan
Yesus dan BapaNya adalah persatuan kasih. Bapa mengasihi Yesus dan Yesus
mengasihi Bapa. Persatuan kasih ini terungkap dalam firman dan pekerjaan Yesus.
Selama hidupNya, Yesus hanya menyampaikan firman yang dikehendaki BapaNya.
Yesus hanya mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki BapaNya. Inilah persatuan
kasih Yesus dan BapaNya. Kalau Yesus berdoa supaya kita menjadi satu, itu
berarti Yesus mau supaya kitapun memiliki persatuan yang hidup dengan Bapa.
Kita hanya mau melaksanakan firman yang diajarkan Yesus. Kita hanya mau
mengerjakan perbuatan yang dikerjakan Yesus. Dan kita tahu betapa ini sulit
sekali. Kita lebih mudah mengikuti kehendak kita sendiri. Karena kita
menganggap apa yang kita pikirkan dan perbuat itulah yang terbaik. Karena itu
mendengarkan orang lain menjadi sangat susah. Apalagi untuk mengerti dan
memahami situasi orang lain. Sesungguhnya akar dari keretakan hubungan apapun,
termasuk hubungan kita dengan Tuhan, tidak lain karena kita kurang bersedia
mendengarkan. Kalaupun kita sendiri memiliki hubungan yang baik-baik saja
dengan sesama dan Tuhan, apakah kita cukup punya waktu mendoakan persatuan kasih
bagi keluarga, sahabat tetangga, bahkan musuh kita yang mengalami persoalan di
dalam hubungan mereka? Jika kita sadar betapa beratnya persatuan ini, kita
tidak akan lupa mendoakannya.
Kalau kita menjadi satu, dunia akan percaya bahwa Bapa
mengasihi kita. Dunia? Siapa yang dimaksud Yesus sebagai dunia? Dunia adalah
orang-orang yang belum mengenal dan mengimani Allah sama seperti kita. Mereka
ini akan percaya bahwa Allah yang kita imani adalah Allah kasih kalau kita,
para pengikutNya ini, mau hidup dalam persatuan kasih. Mereka akan percaya
bahwa Yesus Tuhan kita mengajarkan kasih, kalau kasih itu kita wujudkan dalam
kehidupan kita para pengikutNya. Dengan kata lain, kita harus menjadi saksi
kasih Allah yang nyata di tengah dunia, masyarakat, sekolah dan lingkungan
pergaulan kita. Kita akan dikenal sebagai pengikut Kristus kalau kita menghayati
persatuan kasih ini. Sanggupkah kita menjadi saksi persatuan kasih Allah ini?
Bagaimana kita menjadi saksi kalau perpecahan dan permusuhan justru terjadi di
antara kita sesama pengikut Kristus? Mari melihat dalam kehidupan kita sendiri,
sudah berapa banyak keluarga Katolik yang berpisah? Sudah berapa sering
permusuhan terjadi antar sesama dari satu lingkungan? Bukankah dengan kawan
seimanpun kita tak segan berkonflik? Persatuan kasih mesti kita mulai di antara
kita sesama pengikut Kristus. Hanya dengan begitu, kita menjadi saksi kasih
Allah.
Saudaraku terkasih, kita pasti mengenal Mahtma Gandhi.
Pemimpin Spiritual India ini pernah berkata kepada umat kristiani: "Saya tidak pernah menolak Kristus.
Saya suka Kristus Anda. Tapi saya tidak suka dengan orang Kristen Anda." "Jika orang
Kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus, seperti yang ditemukan di
dalam Alkitab, seluruh India sudah menjadi Kristen hari ini." Mewujudkan persatuan kasih Kristus dan BapaNya dalam hidup
sehari-hari memang tidak mudah, tetapi siapa yang tekun berusaha dialah saksi
kasih Allah. Betapa orang akan percaya bahwa Kristus yang kita imani adalah
Allah kasih. Ah, sekiranya kita bisa menjadi saksi satu kasih itu, seorang
Mahatma Gandhi tidak akan pernah berbicara seperti itu.
Fr. Charles Leta, SMM
Met hari minggu Fr. Charles.....
BalasHapusSemoga di minggu Komunikasi Sedunia ini kita bisa memanfaatkan social media sebagai seni mewartakan iman....
Mat Hari Minggu juga, saya kira saya sedang memanfaatkannya sekarang ini..:)
BalasHapusiya ter... nie (blogspot) salah satunya,kan mash ada salah 2 dan salah 3 lg hehehe :)
BalasHapusSelamat siang Frater, saya sedang mencari bahan homili untuk ibadat sabda di KBG kami malam ini. Saya mohon ijin mengutip renungan yang ditulis frater. Terima kasih atas kesediannya. Salam hangat dari Flores - NTT. (Van)
BalasHapus