Hari Raya Pentakosta
Bacaan Renungan: Kis 2:1-11
Ada seorang bapak yang sangat bersemangat. Matanya
sedang berbinar. Wajahnya begitu cerah. Bapak ini baru saja sembuh dari sakit.
Pagi itu, dia berbicara dengan berapi-api sekali, kepada semua teman kantor yang
menyambutnya. Bapak ini berbicara tentang Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhan telah
menyembuhkannya dari sakit kanker. Bapak ini berani berbicara karena hatinya
sudah dipenuhi Roh Kudus. Semua kita pasti pernah mengalami kebaikan Tuhan,
seperti Bapak ini. Tetapi barangkali tidak semua kita berani membicarakan
pengalaman itu. Mungkin kita malu atau takut mengatakannya kepada orang lain. Bahkan
barangkali untuk menyebut nama “Tuhan Yesus” saja. Padahal kita percaya bahwa
itu karya Tuhan. Hati kitapun sebetulnya dipenuhi kerinduan untuk berbagi. Apa
yang sebaiknya kita lakukan? Beranilah
berbicara tentang Tuhan Yesus, karena Roh Kudus menyanggupkan kita.
Roh Kudus turun dan memenuhi semua orang
yang percaya. Siapakah orang yang percaya ini? Mereka adalah para murid Yesus. Para murid telah
menyaksikan kebangkitan Yesus dan menjadi percaya kepadaNya. Mereka senantiasa berkumpul dan “bertekun dengan sehati
dalam doa bersama-sama” di dalam rumah (Kis 1:14). Mereka menantikan Roh Kudus
yang telah dijanjikan Yesus sebelum Ia terangkat ke surga (Kis 1:8-9). Pada
saat mereka berkumpul itulah, Roh Kudus memenuhi
setiap mereka. Roh Kudus turun dari
langit dalam suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh
rumah. Kemudian tampaklah lidah-lidah api yang bertebaran dan hinggap pada
setiap mereka. Dalam tanda-tanda itulah, Roh Kudus memenuhi setiap mereka.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menerima Roh Kudus? Sudah! Kita sudah menerima
Roh Kudus. Kapan? Saat kita diberi Sakramen Pembaptisan dan Krisma. Caranya
memang berbeda dengan para rasul. Tetapi ada satu prinsip yang tetap sama, bahwa
Roh Kudus hanya diberikan kepada kita yang sudah percaya kepada Yesus. Lalu
barangkali kita bertanya: kalau Roh Kudus sudah diberikan, mengapa kita masih
memohonnya dalam novena pentakosta? Apakah itu berarti Roh Kudus sudah tidak
ada lagi dalam diri kita dan karena itu, kita meminta Allah mengirimkannya
untuk kedua atau kesekian kalinya? Roh Kudus tetap ada di dalam hati kita.
Tetapi ketidaksetiaan-ketidaksetiaan yang kita lakukan, membuat Roh Kudus tidak
bekerja lagi (secara efektif) dalam kehidupan kita. Kalau kita memohonkan
kedatangan Roh Kudus dalam novena, itu berarti kita memohon bantuan Allah sendiri
supaya Roh Kudus yang sudah ada dalam hati kita dapat berkarya kembali. Untuk
apa? Supaya karunia-karunia Roh Kudus semakin nyata kita alami dalam kehidupan
kita. Itulah sebabnya mengapa kita mesti berdoa memohon Roh Kudus, tidak hanya
pada kesempatan novena saja. Kita mau berdoa terus-menerus, setiap hari, supaya
Roh Kudus membantu kita tetap setia kepada Tuhan. Roh Kudus hanya memenuhi kita yang terus memintanya dengan percaya.
Untuk apa Roh Kudus diberikan kepada kita?
Supaya kita berkata-kata tentang Allah. Berkata-kata tentang perbuatan baik yang telah dikerjakan
Allah atas kehidupan kita. Inilah yang terjadi pada para murid ketika Roh Kudus
memenuhi setiap mereka. Roh Kudus
membuat perbedaan besar. Setelah Yesus naik ke surga, para murid hidup
dalam ketakutan. Takut kalau-kalau mereka
mengalami hal yang sama dengan Yesus. Dihukum mati, karena mereka toh adalah pengikut Yesus. Tetapi apa
yang terjadi setelah mereka menerima Roh Kudus? Mereka justru berani berbicara
tentang Allah. Mereka berbicara bahkan kepada orang-orang yang sama sekali belum
mengenal Yesus. Inilah mukjizat besar yang dikerjakan Roh Kudus. Mukjizat yang
bisa kita lihat saat ini. Banyak orang di belahan dunia ini telah percaya
kepada Yesus Kristus, termasuk kita sekalian. Para murid, karena dibakar oleh
api Roh Kudus, telah mewartakan Yesus. Banyak orang percaya karena pewartaan
mereka. Mereka menjadi lidah Allah.
Demikian pula kita mesti bisa menjadi lidah Allah. Kita
harus menjadi pewarta Allah. Apakah ini berarti kita harus seperti para murid,
membuat banyak orang menjadi Katolik? Tidak. Bukan itu yang utama. Tetapi kita perlu
menunjukkan bahwa Roh Kudus memang membuat kita berbeda. Beda dalam hal apa?
Beda dalam bagaimana kita menghayati hidup kita. Kalau orang takut bicara
tentang Yesus, kita justru berani bicara, mengakui iman kita tanpa malu. Kalau
orang ramai-ramai menghalalkan
ketidakjujuran, kita berani mengatakan kalau itu tidak benar. Kalau orang
berpikir bahwa berdoa atau bahkan beragama itu sia-sia, kita mesti bisa
bersaksi bahwa memiliki Tuhan Yesus adalah kebanggaan dan kebahagiaan kita. Kalau
orang menganggap biasa perceraian atau perselingkuhan, kita berani menunjukkan
kalau hubungan perkawinan itu sakral dan kita bisa berkomitmen seumur hidup. Dan
masih banyak nilai-nilai kristiani lainnya yang bisa kita perjuangkan. Menjadi
beda itu tidak mudah. Tetapi selama kita mau bekerja sama dengan Roh Kudus,
kita pasti disanggupkan. Apa buktinya? Banyak dari antara kita telah berani
memberikan kesaksian tentang karya Allah, tentang nilai-nilai baik yang
diajarkan Yesus, bukan? Ada yang membagikan pengalaman rohaninya kepada suami
atau isterinya, kepada anak-anak serta sanak saudaranya, kepada sesama umat di
lingkungan ataupun paroki, bahkan kepada orang-orang beragama lain. Di tempat
kerjanya, kita berani menunjukkan semangat kerja yang jujur dan tanpa kompromi.
Sungguh Roh Kudus menjadikan hidup kita, bukan sekadar beda, tapi berkualitas. Sebab Roh Kudus diberikan supaya kita
sanggup mewartakan Allah. Supaya
hidup kita menjadi kesaksian dari ajaranNya.
Ah, sekiranya kita terus-menerus memohonkan karunia
Roh Kudus itu kepada Allah. Sekiranya kita memintanya dengan percaya. Roh Kudus
pasti memenuhi kita. Dialah yang membakar semangat kita untuk berani beda,
berani berkualitas.***
Fr. Charles Leta, SMM
Mantapp renungannya ter.....
BalasHapusMet hari minggu....:)
Mat berhari senin, berkat Tuhan menyertai...
BalasHapus