Hari Raya Tritunggal MahaKudus
Bacaan Injil: Yoh 16:12-15
Ada sepasang suami-isteri yang sudah lama hidup
bersama. Karena baru saja bertengkar, keduanya tidak saling menegur. Pada malam hari sebelum tidur, sang suami menyodorkan sepotong kertas kepada istrinya. Kertas itu bertuliskan, "Bangunkan aku pukul tujuh pagi." Ketika sang suami terbangun esok paginya,
ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Di tangannya terdapat secarik
kertas bertuliskan, "Ayo segera bangun, sekarang sudah pukul tujuh
pagi."
Pertengkaran dan
perselisihan adalah hal yang manusiawi. Itu bisa terjadi pada siapa saja.
Bahkan misalnya pada suami-isteri yang sudah lama hidup bersama. Pertengkaran
yang terus-menerus bisa menghalangi terbinanya persatuan. Rasa bersatu yakni,
bahwa kita sepikir, sependapat dan seperasaan, entah antara suami dan isteri, dengan
orang tua, kakak-adik, teman, maupun rekan kerja, tentu bukan hal yang mudah diwujudkan.
Apalagi bila sudah berujung pada perpisahan atau konflik yang lama. Tetapi kita
mau berusaha terus. Model dan Dasar bagi kita untuk hidup bersatu tidak lain
ialah persatuan Allah Tritunggal.
Allah Tritunggal: Bapa, Putera dan
Roh Kudus adalah satu. Dalam bacaan Injil, Yesus membicarakan persatuan Allah Tritunggal yang sangat mengagumkan. Pertama, tentang hubungan Yesus dan Roh Kudus (ay. 14). Roh Kudus akan memberitahukan kepada kita,
hanya apa yang diterimaNya dari Yesus. Roh Kudus hanya memimpin kita kepada
kebenaran yang didengarNya dari Yesus. Maka kalau kita mau supaya hidup kita semakin sesuai dengan hidup Yesus, maka
mintalah bantuan Roh Kudus. Sebab Roh Kudus tidak bisa berbuat lain selain membimbing
kita menjadi seperti Yesus. Roh Kudus hanya memimpin kita kepada kebaikan seperti yang
dikehendaki Yesus. Tidak mungkin yang lain. Kedua, tentang hubungan Yesus dan
BapaNya (ay. 15). Apa yang menjadi milik Bapa adalah milik Yesus. Kuasa Yesus sama dengan kuasa Bapa. Dalam seluruh
hidupNya, Yesuspun tidak berbuat lain selain melaksanakan kehendak Bapa. Jadi,
Yesus menyampaikan apa yang dikehendaki Bapa. Dan Roh Kudus menyampaikan apa
yang dikehendaki Yesus. Betapa tak terpisahkan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Apa
yang disampaikan oleh Bapa, didengarkan juga oleh Roh Kudus dari Putera. Betapa
mengagumkan persatuan Allah Tritunggal ini.
Persatuan Allah Tritunggal merupakan misteri yang
tak terselami. Kita pasti pernah mendengar satu kisah mengenai St.
Augustinus. St. Augustinus adalah seorang terpelajar. Ia mahir dalam bidang filsafat dan
teologi. Augustinus sedang berpikir keras untuk bagaimana memahami rahasia Allah Tritunggal. Ia tidak habis pikir bagaimana Allah bisa dikatakan “satu” padahal terdiri dari “tiga pribadi”. Suatu sore, Augustinus
berjalan-jalan di pantai. Ia bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang
membuat lubang di pasir. "Untuk apa lubang
pasir itu, nak?, tanya Augustinus. "Lubang ini untuk menampung air laut. Aku akan
memindahkan semua air laut itu ke dalam lubang ini!", jawab si anak kecil. "Ha.. ha..,
bagaimana mungkin lubang kecil ini dapat menampung samudera yang luas
itu?!", Augustinus tertawa sinis. Anak itu segera
membalas dan berkata: “Engkau lebih bodoh lagi! Bagaimana mungkin otakmu yang
kecil itu, dapat menampung Allah yang Maha Luas?”
Kita
semua percaya kepada Allah Tritunggal, SATU (hakikat) ALLAH, TIGA PRIBADI:
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita menyebutnya ketika membuat tanda salib, berdoa
kemuliaan dan “Aku Percaya”. Persatuan Allah Tritunggal merupakan misteri yang
tak terselami oleh kita manusia beriman. Persatuan Allah ini melampaui
kemampuan akalbudi kita untuk memahami semuanya dengan tuntas. Mengapa? Karena
kita tidak punya pengalaman tentang
persatuan yang begitu luar biasa seperti yang terjadi di antara Bapa,
Putera dan Roh Kudus. Karena tak ada satupun manusia yang pernah mengalami
persatuan mengagumkan seperti itu, maka misteri ini tetap tak terpahami, tak
terselami.
Lalu apa artinya
misteri persatuan Allah Tritunggal ini untuk kita yang percaya kepadaNya?
Pertama-tama, kita makin sadar bahwa kita adalah ciptaan. Sebagai ciptaan,
berhadapan dengan misteri Allah yang tak terselami itu, kita mau semakin tunduk
dan menyembah Tuhan. Kita mau semakin rendah hati, mempercayakan hidup kita ke
dalam tanganNya yang MahaKuasa. Kedua, kita mau belajar menghayati persatuan
Allah Tritunggal itu dalam hidup kita sendiri. Meski harus jatuh-bangun. Jatuh itu pasti.
Setiap manusia mengalaminya. Tetapi bangun lagi selalu merupakan pilihan.
Pilihan untuk bangun terjadi tidak lain karena Allah menyanggupkan. Itulah rahmat
bagi kita yang mau belajar dari Allah. Persatuan itu bukan soal tinggal bersama
saja. Orang yang tinggal seatap-sekeluarga pun bisa jadi tidak saling cocok. Persatuan
itu mengenai hidup. Kita bersatu dengan Allah kalau pikiran, sikap dan
perbuatan kita semakin hari semakin nyatu
dengan kehendakNya. Kita bersatu dengan sesama kalau kita belajar saling
mengerti, menerima dan mendengarkan orang lain. Sekiranya kita mau terus berusaha,
hidup kita akan semakin mengagumkan ***
Fr. Charles Leta, SMM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar