Jumat, 02 November 2012

PRIORITAS


Hari Minggu Biasa XXXI, 4 November 2012
Bacaan: Ulangan 6:2-6, Ibrani 7:23-28, Markus 12:28b-34


         Kita sedang hidup dengan dikelilingi oleh banyak sekali peraturan. Peraturan Pemerintah dan Gereja, Peraturan dalam Keluarga dan tempat kerja, juga peraturan-peraturan kecil yang kita buat untuk hidup kita sendiri. Peraturan itu erat kaitannya dengan nilai atau harapan yang mau kita perjuangkan dalam hidup kita, bukan? Ya, keberhasilan, kesejahteraan, kebahagiaan, kekayaan, prestasi dan sebagainya. Dengan semuanya itu, pernahkah kita bertanya, “Apa sih yang paling perlu saya kejar untuk hidup saya?” “Apa yang mau saya perjuangkan sebagai murid Kristus? Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan jawaban atas pertanyaan itu.  
            Dikisahkan oleh Penginjil Markus, seorang ahli Taurat datang pada Yesus dan bertanya: “Perintah manakah yang paling utama?”. Ahli Taurat ini sedang bingung rupanya. Soalnya dalam kitab Taurat Musa yang dipelajarinya, terdapat 613 perintah. Belum lagi ada sekian ratus perintah tambahan yang diturunkan dari 613 perintah pokok tadi. Si ahli Taurat tentu bingung: Peraturan mana nih yang paling utama dan penting di antara sekian banyak peraturan yang ada dalam Taurat? Terhadap pertanyaan itu Yesus memberi jawaban: kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu (lihat ayat 30-31). Namun ada hal penting yang dikatakan Yesus sebelum menyebut kedua perintah utama itu, yakni: “Dengarlah… Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (ayat 29). Yesus tidak langsung menyampaikan tentang cinta kasih sebagai hukum terutama. Tapi Yesus terlebih dahulu mengajak untuk mengakui iman bahwa Tuhan kita itu Esa. Apa maksud Yesus di sini? Yesus hendak mengingatkan bahwa tanpa Iman akan Allah, kita tidak bisa berbuat kasih. Perbuatan cinta kasih mengisyaratkan adanya pengakuan Iman kepada Allah yang Satu. Pengakuan Iman ini datang dari pengalaman perjumpaan kita sendiri dengan Allah yang mengasihi. Yah, Allah yang lebih dahulu mengasihi kita. Sama seperti seorang anak yang bisa mengasihi Ayahnya setelah mengalami kasih Ayahnya. Maka perbuatan cinta kasih kita pertama-tama merupakan tanggapan kita akan tindakan Allah yang lebih dahulu mengasihi kita. Nah, apakah kita sudah mengalami kasih Allah dalam hidup kita?
            Baru setelah itu, sebagai tanggapan atas tindakan cinta Allah, Yesus meminta kita untuk juga mau melaksanakan kedua perintah utama, mencintai  Allah dan sesama. Inilah perintah paling pokok. Kata “cinta” mungkin sudah terlalu biasa kita dengar, sudah lazim kita pakai dan karena itu kerapkali kita bosan mendengarnya. Tapi Yesus toh tetap saja meminta kita berbuat cinta kasih. Sebab cinta kasih yang diajarkan Yesus memang berbeda kualitasnya dengan kata-kata cinta  yang kerap kita dengar atau pakai. Yesus menggunakan kata cinta (agapao) yang berarti mengutamakan, memilih lebih daripada…, memberikan diri sepenuhnya kepada… Dengan kata lain, bila Yesus memerintahkan supaya kita mencintai Tuhan, itu berarti “Kita mengutamakan Tuhan, memilih Tuhan lebih daripada hal-hal lain, juga memberikan diri sepenuhnya kepada Tuhan”, sebab kita sudah lebih dahulu dikasihi Tuhan dengan tanpa syarat. Kita memberi Tuhan tempat utama dalam hidup kita. Kata ‘cinta’ (agapao) yang dipakai Yesus ini, beda dengan kata cinta eros (erao) yang berarti cinta untuk kenikmatan belaka.
            Demikian pula dengan perintah utama kedua, mencintai sesama. “Mencintai sesama” berarti mengungkapkan cinta kita tidak hanya terbatas pada orang-orang yang mengasihi kita saja. Lebih dari itu, cinta kita diarahkan untuk siapa saja. Tanpa pamrih, tanpa imbalan, tak peduli apakah mereka mengasihi kita atau tidak. Sebab dasar atau alasan perbuatan kasih kita pertama-tama adalah karena Allahlah yang sudah mengasihi kita terlebih dahulu. Betapa kita telah mengalami kasih Allah yang nyata dalam hidup kita sendiri dan karena itu, kita ingin membaginya juga kepada siapa saja.
            Perlu kita ingat di sini bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama bukan dua hal yang sama. Kalau menganggapnya sama, kita barangkali mudah mengatakan: “dengan mengasihi sesama, kita sudah mengasihi Allah.” Sama seperti orang-orang yang merasa sudah cukup dengan buat baik saja, tak harus beriman pada Tuhan. Tidak demikian maksudnya. Yesus menempatkan kedua perintah itu sama-sama sebagai perintah utama. Maka kita mengasihi Tuhan sekaligus juga menyatakan kasih itu dengan cinta pada sesama.
            Pesan Yesus kali ini kiranya jelas bagi kita bahwa nilai pokok atau tindakan utama yang menjadi prioritas hidup kita adalah terus mencintai Tuhan dan tak berhenti mencintai sesama. Perintah ini sama sekali tidak bertentangan dengan tindakan hidup kita untuk mengejar keberhasilan, mencari uang dan harta, memperjuangkan gelar sarjana, mengusahakan kebahagiaan hidup, kesejahteraan keluarga dan sebagainya. Sebaliknya semua perjuangan kita mesti diresapi dan dihidupkan oleh cinta kasih. Sebab tak jarang, saking berfokusnya kita pada keberhasilan, kesejahteraan atau kesuksesan, kita mudah mengabaikan tanggung jawab untuk memberi tempat bagi Tuhan, memberi ruang untuk berbagi dengan sesama.
Cinta bukan kata, tapi tindakan. Cinta bukan tulisan, tapi api. Api yang membakar seluruh hidup kita untuk tak lelah berbuat kasih. Api yang telah lebih dahulu dinyalakan oleh kasih Allah yang selalu. Selamat menyatakan kasih. Deo Soli.   
             
Fr. Charles, SMM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar