Jumat, 31 Mei 2013

Menjadi TABERNAKEL Hidup

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Bacaan Injil: Luk 9:11-17

Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan,
Salam jumpa kembali. Minggu ini, kita merayakan hari raya Tubuh dan Darah Kristus. Di dalam perayaan Ekaristilah, kita secara lebih nyata mengalami dan menyambut kehadiran tubuh dan darah Tuhan Yesus itu. Mari kita merenungkan makna Ekaristi ini kembali dalam kisah Injil, Yesus memberi makan kepada lima ribu orang.
Yesus memberi makan kepada banyak orang. Ada lima ribu orang laki-laki. Jumlah angka ini adalah lambang bahwa Yesus memberi makan kepada orang yang sangat banyak: seribu kali lipat dari jumlah roti yang tersedia. Betapa besar kuasa Yesus. Yesus mengambil roti itu, menengadah ke langit, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti lalu menyuruh para murid memberikannya kepada orang banyak. Dan orang banyak yang hadir, makan sampai kenyang. Cara yang sama juga dilakukan Yesus dalam peristiwa perjamuan malam terakhir bersama para muridNya. Akan tetapi kita tahu, bahwa peristiwa-peristiwa ini sesungguhnya merupakan persiapan bagi pemberian diri Yesus yang paling agung. Tubuh dan darahNya sendiri akhirnya Dia berikan di atas kayu salib. Oleh salib, wafat dan kebangkitan Yesus itulah, kita sekalian beroleh jalan kepada keselamatan.
Ekaristi merupakan saat kita mengenangkan kembali misteri salib, wafat dan kebangkitan Yesus itu. Mengenang tidak sama dengan mengulang atau melakukan peristiwa itu berulang kali. Sebab kurban salib Yesus hanya terjadi satu kali untuk selama-lamanya. Mengenang berarti membuat peristiwa yang sama dari masa lalu, hadir lagi pada masa kini secara riil, nyata. Oleh karena itu, hosti dan anggur telah menjadi sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus sendiri. Roti dan anggur itu diubah saat Doa Konsekrasi, ketika Imam berkata: “Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu”. Dan untuk piala: “Terimalah dan minumlah: Inilah piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”. (bdk. 1Kor 11:23-25). Karena itu, saat misa, kita sedang berjumpa dengan Tuhan Yesus sendiri. Kehadirannya begitu nyata. Yesus hadir dan mengundang kita untuk merayakan suatu kurban syukur: syukur atas pemberian diriNya yang agung dan cuma-cuma. Yesus yang memberikan diri itu, mau kita terima kehadiranNya dalam hati kita. Ia menjadi sumber kekuatan hidup kita. Itulah sebabnya, mengapa kita perlu menyempatkan diri merayakan misa dan menerima tubuh Kristus. Dengan mengikuti Ekaristi, bersama-sama sebagai satu keluarga, bersama umat lainnya, kita menyatukan pula di dalam kurban Yesus, kurban rohani kita sendiri. Kurban rohani itu apa? Tidak lain adalah doa-doa, ucapan syukur dan puji-pujian, karya-usaha dan penderitaan kita. Dengan demikian, kita mau supaya Yesus Kristus sungguh-sungguh terlibat, mengambil bagian secara penuh dalam kehidupan kita. Maka mari kita coba melihat diri: bagaimana partisipasi kita untuk merayakan Ekaristi selama ini? selalu atau jarang? Atau kalau sempat saja? Seberapa penting Ekaristi bagi kita? Penting karena itu adalah kewajiban orang Katolik? Atau sungguh karena kita membutuhkannya? Seberapa besar kerinduan kita untuk bertemu Tuhan Yesus dalam perayaan Ekaristi? Apa sebenarnya yang menghambat kita berjumpa dengan Yesus? Yesus memberikan diriNya dengan cuma-cuma. Masihkah kita berpikir dua kali untuk menyambut Dia
Saudara terkasih, kita baru saja mengakhiri bulan Mei, bulan Maria. Tentu itu tidak berarti kita segera melupakan Maria. Maria masih menjadi model iman kita. Sikap imannya dapat membantu kita untuk merayakan Ekaristi dengan lebih baik. Mari kita melihat hal ini. Pertama, Kita ingat dengan Fiat Maria, bukan? “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Fiat ini merupakan jawaban “Ya” Maria untuk menerima Yesus Kristus dalam rahim dan kehidupannya. Dalam Ekaristi, “FIAT” Maria ini mirip dengan jawaban “AMIN” yang kita ucapkan saat menerima Tubuh Kristus. Maka sama seperti Maria, kita mau menerima Yesus Kristus yang sama juga dalam hati dan kehidupan kita. Saat Maria mengucapkan FIATnya, Maria tidak sepenuhnya mengerti tentang bagaimana Yesus, Putera Allah itu bisa hadir melalui rahimnya? Maria tidak mengerti. Demikian pula kita, mungkin kerap tidak mengerti bagaimana mungkin Tubuh Yesus nyata dalam hosti putih, kecil, bulat itu? Tetapi sama seperti Bunda Maria, meskipun tidak mengerti, kita mau tetap menerima Yesus Kristus itu dalam iman, dengan percaya. Dan sama seperti yang terjadi dalam hidup Maria, Tuhan Yesus memang sungguh-sungguh hadir. Dia tidak pernah mempermainkan kita.
Kedua, apa yang harus dilakukan setelah kita menerima Yesus? Setelah diberi kabar oleh malaikat Gabriel, Maria segera mengunjungi Elisabet saudarinya. Dan kita tahu, “ketika, mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang ada dalam rahim Elisabet” (Luk 1:41). Maria telah menjadi Tabernakel hidup. Seperti Maria, kitapun diundang menjadi Tabernakel-Tabernakel hidup. Kita harus membawa Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi, ke dalam kehidupan kita sahari-hari, sehingga orang-orang yang berada di sekitar kita pun ikut mengalami kehadiran Kristus. Persatuan kita dengan Kristus tidak hanya berlangsung selama Perayaan Ekaristi. Setelah Perayaan Ekaristi kita diutus untuk membawa Kristus dalam kehidupan kita, dalam perjumpaan kita dengan sesama. Bunda Maria menjadi model bagi kita, karena dia merupakan tabernakel perdana dalam Gereja.
Saudara terkasih, Komuni membuat kita semakin bersatu dengan Yesus. Sebab Yesus sendiri menjanjikan: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia” (Yoh 6:56). Persatuan ini pasti menguatkan kita, selalu. ***  
     
Fr. Charles Leta, SMM








Tidak ada komentar:

Posting Komentar