Sabtu, 25 Mei 2013

SATU Yang MENGAGUMKAN


Hari Raya Tritunggal MahaKudus
Bacaan Injil: Yoh 16:12-15


Ada sepasang suami-isteri yang sudah lama hidup bersama. Karena baru saja bertengkar, keduanya tidak saling menegur. Pada malam hari sebelum tidur, sang suami menyodorkan sepotong kertas kepada istrinya. Kertas itu bertuliskan, "Bangunkan   aku  pukul tujuh pagi."  Ketika sang suami terbangun esok paginya, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Di tangannya terdapat secarik kertas bertuliskan, "Ayo segera bangun, sekarang sudah pukul tujuh pagi."
Pertengkaran dan perselisihan adalah hal yang manusiawi. Itu bisa terjadi pada siapa saja. Bahkan misalnya pada suami-isteri yang sudah lama hidup bersama. Pertengkaran yang terus-menerus bisa menghalangi terbinanya persatuan. Rasa bersatu yakni, bahwa kita sepikir, sependapat dan seperasaan, entah antara suami dan isteri, dengan orang tua, kakak-adik, teman, maupun rekan kerja, tentu bukan hal yang mudah diwujudkan. Apalagi bila sudah berujung pada perpisahan atau konflik yang lama. Tetapi kita mau berusaha terus. Model dan Dasar bagi kita untuk hidup bersatu tidak lain ialah persatuan Allah Tritunggal.
Allah Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu. Dalam bacaan Injil, Yesus membicarakan persatuan Allah Tritunggal yang sangat mengagumkan. Pertama, tentang hubungan Yesus dan Roh Kudus (ay. 14). Roh Kudus akan memberitahukan kepada kita, hanya apa yang diterimaNya dari Yesus. Roh Kudus hanya memimpin kita kepada kebenaran yang didengarNya dari Yesus. Maka kalau kita mau supaya hidup kita semakin sesuai dengan hidup Yesus, maka mintalah bantuan Roh Kudus. Sebab Roh Kudus tidak bisa berbuat lain selain membimbing kita menjadi seperti Yesus. Roh Kudus hanya memimpin kita kepada kebaikan seperti yang dikehendaki Yesus. Tidak mungkin yang lain. Kedua, tentang hubungan Yesus dan BapaNya (ay. 15). Apa yang menjadi milik Bapa adalah milik Yesus. Kuasa Yesus sama dengan kuasa Bapa. Dalam seluruh hidupNya, Yesuspun tidak berbuat lain selain melaksanakan kehendak Bapa. Jadi, Yesus menyampaikan apa yang dikehendaki Bapa. Dan Roh Kudus menyampaikan apa yang dikehendaki Yesus. Betapa tak terpisahkan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Apa yang disampaikan oleh Bapa, didengarkan juga oleh Roh Kudus dari Putera. Betapa mengagumkan persatuan Allah Tritunggal ini.
            Persatuan Allah Tritunggal merupakan misteri yang tak terselami. Kita pasti pernah mendengar satu kisah mengenai St. Augustinus. St. Augustinus adalah seorang terpelajar. Ia mahir dalam bidang filsafat dan teologi. Augustinus sedang berpikir keras untuk bagaimana memahami rahasia Allah Tritunggal. Ia tidak habis pikir bagaimana Allah bisa dikatakan “satu” padahal terdiri dari “tiga pribadi”. Suatu sore, Augustinus berjalan-jalan di pantai. Ia bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang membuat lubang di pasir. "Untuk apa lubang pasir itu, nak?, tanya Augustinus. "Lubang ini untuk menampung air laut. Aku akan memindahkan semua air laut itu ke dalam lubang ini!", jawab si anak kecil. "Ha.. ha.., bagaimana mungkin lubang kecil ini dapat menampung samudera yang luas itu?!", Augustinus tertawa sinis. Anak itu segera membalas dan berkata: “Engkau lebih bodoh lagi! Bagaimana mungkin otakmu yang kecil itu, dapat menampung Allah yang Maha Luas?”
            Kita semua percaya kepada Allah Tritunggal, SATU (hakikat) ALLAH, TIGA PRIBADI: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita menyebutnya ketika membuat tanda salib, berdoa kemuliaan dan “Aku Percaya”. Persatuan Allah Tritunggal merupakan misteri yang tak terselami oleh kita manusia beriman. Persatuan Allah ini melampaui kemampuan akalbudi kita untuk memahami semuanya dengan tuntas. Mengapa? Karena kita tidak punya pengalaman tentang persatuan yang begitu luar biasa seperti yang terjadi di antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Karena tak ada satupun manusia yang pernah mengalami persatuan mengagumkan seperti itu, maka misteri ini tetap tak terpahami, tak terselami.
            Lalu apa artinya misteri persatuan Allah Tritunggal ini untuk kita yang percaya kepadaNya? Pertama-tama, kita makin sadar bahwa kita adalah ciptaan. Sebagai ciptaan, berhadapan dengan misteri Allah yang tak terselami itu, kita mau semakin tunduk dan menyembah Tuhan. Kita mau semakin rendah hati, mempercayakan hidup kita ke dalam tanganNya yang MahaKuasa. Kedua, kita mau belajar menghayati persatuan Allah Tritunggal itu dalam hidup kita sendiri. Meski harus jatuh-bangun. Jatuh itu pasti. Setiap manusia mengalaminya. Tetapi bangun lagi selalu merupakan pilihan. Pilihan untuk bangun terjadi tidak lain karena Allah menyanggupkan. Itulah rahmat bagi kita yang mau belajar dari Allah. Persatuan itu bukan soal tinggal bersama saja. Orang yang tinggal seatap-sekeluarga pun bisa jadi tidak saling cocok. Persatuan itu mengenai hidup. Kita bersatu dengan Allah kalau pikiran, sikap dan perbuatan kita semakin hari semakin nyatu dengan kehendakNya. Kita bersatu dengan sesama kalau kita belajar saling mengerti, menerima dan mendengarkan orang lain. Sekiranya kita mau terus berusaha, hidup kita akan semakin mengagumkan ***

Fr. Charles Leta, SMM





Tidak ada komentar:

Posting Komentar