Jumat, 17 Mei 2013

ROH KUDUS BIKIN BEDA


Hari Raya Pentakosta
Bacaan Renungan: Kis 2:1-11


Ada seorang bapak yang sangat bersemangat. Matanya sedang berbinar. Wajahnya begitu cerah. Bapak ini baru saja sembuh dari sakit. Pagi itu, dia berbicara dengan berapi-api sekali, kepada semua teman kantor yang menyambutnya. Bapak ini berbicara tentang Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhan telah menyembuhkannya dari sakit kanker. Bapak ini berani berbicara karena hatinya sudah dipenuhi Roh Kudus. Semua kita pasti pernah mengalami kebaikan Tuhan, seperti Bapak ini. Tetapi barangkali tidak semua kita berani membicarakan pengalaman itu. Mungkin kita malu atau takut mengatakannya kepada orang lain. Bahkan barangkali untuk menyebut nama “Tuhan Yesus” saja. Padahal kita percaya bahwa itu karya Tuhan. Hati kitapun sebetulnya dipenuhi kerinduan untuk berbagi. Apa yang sebaiknya kita lakukan? Beranilah berbicara tentang Tuhan Yesus, karena Roh Kudus menyanggupkan kita.
Roh Kudus turun dan memenuhi semua orang yang percaya. Siapakah orang yang percaya ini? Mereka adalah para murid Yesus. Para murid telah menyaksikan kebangkitan Yesus dan menjadi percaya kepadaNya. Mereka senantiasa berkumpul dan “bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama” di dalam rumah (Kis 1:14). Mereka menantikan Roh Kudus yang telah dijanjikan Yesus sebelum Ia terangkat ke surga (Kis 1:8-9). Pada saat mereka berkumpul itulah, Roh Kudus memenuhi setiap mereka. Roh Kudus turun dari langit dalam suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah. Kemudian tampaklah lidah-lidah api yang bertebaran dan hinggap pada setiap mereka. Dalam tanda-tanda itulah, Roh Kudus memenuhi setiap mereka.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menerima Roh Kudus? Sudah! Kita sudah menerima Roh Kudus. Kapan? Saat kita diberi Sakramen Pembaptisan dan Krisma. Caranya memang berbeda dengan para rasul. Tetapi ada satu prinsip yang tetap sama, bahwa Roh Kudus hanya diberikan kepada kita yang sudah percaya kepada Yesus. Lalu barangkali kita bertanya: kalau Roh Kudus sudah diberikan, mengapa kita masih memohonnya dalam novena pentakosta? Apakah itu berarti Roh Kudus sudah tidak ada lagi dalam diri kita dan karena itu, kita meminta Allah mengirimkannya untuk kedua atau kesekian kalinya? Roh Kudus tetap ada di dalam hati kita. Tetapi ketidaksetiaan-ketidaksetiaan yang kita lakukan, membuat Roh Kudus tidak bekerja lagi (secara efektif) dalam kehidupan kita. Kalau kita memohonkan kedatangan Roh Kudus dalam novena, itu berarti kita memohon bantuan Allah sendiri supaya Roh Kudus yang sudah ada dalam hati kita dapat berkarya kembali. Untuk apa? Supaya karunia-karunia Roh Kudus semakin nyata kita alami dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya mengapa kita mesti berdoa memohon Roh Kudus, tidak hanya pada kesempatan novena saja. Kita mau berdoa terus-menerus, setiap hari, supaya Roh Kudus membantu kita tetap setia kepada Tuhan. Roh Kudus hanya memenuhi kita yang terus memintanya dengan percaya.  
Untuk apa Roh Kudus diberikan kepada kita? Supaya kita berkata-kata tentang Allah. Berkata-kata  tentang perbuatan baik yang telah dikerjakan Allah atas kehidupan kita. Inilah yang terjadi pada para murid ketika Roh Kudus memenuhi setiap mereka. Roh Kudus membuat perbedaan besar. Setelah Yesus naik ke surga, para murid hidup dalam ketakutan. Takut kalau-kalau mereka mengalami hal yang sama dengan Yesus. Dihukum mati, karena mereka toh adalah pengikut Yesus. Tetapi apa yang terjadi setelah mereka menerima Roh Kudus? Mereka justru berani berbicara tentang Allah. Mereka berbicara bahkan kepada orang-orang yang sama sekali belum mengenal Yesus. Inilah mukjizat besar yang dikerjakan Roh Kudus. Mukjizat yang bisa kita lihat saat ini. Banyak orang di belahan dunia ini telah percaya kepada Yesus Kristus, termasuk kita sekalian. Para murid, karena dibakar oleh api Roh Kudus, telah mewartakan Yesus. Banyak orang percaya karena pewartaan mereka. Mereka menjadi lidah Allah.
Demikian pula kita mesti bisa menjadi lidah Allah. Kita harus menjadi pewarta Allah. Apakah ini berarti kita harus seperti para murid, membuat banyak orang menjadi Katolik? Tidak. Bukan itu yang utama. Tetapi kita perlu menunjukkan bahwa Roh Kudus memang membuat kita berbeda. Beda dalam hal apa? Beda dalam bagaimana kita menghayati hidup kita. Kalau orang takut bicara tentang Yesus, kita justru berani bicara, mengakui iman kita tanpa malu. Kalau orang ramai-ramai menghalalkan ketidakjujuran, kita berani mengatakan kalau itu tidak benar. Kalau orang berpikir bahwa berdoa atau bahkan beragama itu sia-sia, kita mesti bisa bersaksi bahwa memiliki Tuhan Yesus adalah kebanggaan dan kebahagiaan kita. Kalau orang menganggap biasa perceraian atau perselingkuhan, kita berani menunjukkan kalau hubungan perkawinan itu sakral dan kita bisa berkomitmen seumur hidup. Dan masih banyak nilai-nilai kristiani lainnya yang bisa kita perjuangkan. Menjadi beda itu tidak mudah. Tetapi selama kita mau bekerja sama dengan Roh Kudus, kita pasti disanggupkan. Apa buktinya? Banyak dari antara kita telah berani memberikan kesaksian tentang karya Allah, tentang nilai-nilai baik yang diajarkan Yesus, bukan? Ada yang membagikan pengalaman rohaninya kepada suami atau isterinya, kepada anak-anak serta sanak saudaranya, kepada sesama umat di lingkungan ataupun paroki, bahkan kepada orang-orang beragama lain. Di tempat kerjanya, kita berani menunjukkan semangat kerja yang jujur dan tanpa kompromi. Sungguh Roh Kudus menjadikan hidup kita, bukan sekadar beda, tapi berkualitas. Sebab Roh Kudus diberikan supaya kita sanggup mewartakan Allah. Supaya hidup kita menjadi kesaksian dari ajaranNya.
Ah, sekiranya kita terus-menerus memohonkan karunia Roh Kudus itu kepada Allah. Sekiranya kita memintanya dengan percaya. Roh Kudus pasti memenuhi kita. Dialah yang membakar semangat kita untuk berani beda, berani berkualitas.***

Fr. Charles Leta, SMM  





           






2 komentar:

  1. Mantapp renungannya ter.....
    Met hari minggu....:)

    BalasHapus
  2. Mat berhari senin, berkat Tuhan menyertai...

    BalasHapus